LAPORAN KIMIA, ANALISA KUALITAS AIR
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan senyawa yang bersifat
pelarut universal, karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan
alami yang murni. Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain.
Dengan terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air
merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian ternyata tidak
semua air dapat secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup,
tetapi harus memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing.
Air merupakan kebutuhan yang sangat
penting dan tidak bisa diganti perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air
merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya
manusia. Pencemaran air memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat –
sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut. Air yang
tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni. Namun bukan
berarti bahwa semua sudah tercemar Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut
terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana
yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan
adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan
zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air
tersebut menurun.
1.2 tujuan praktikum
Ø Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa
sifat fisika dan sifat kimia air secara kualitatif dan kuantitatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Didalam manajemen kualitas air
adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka
berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam
usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai
pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Air yang
baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan suhu
untuk air minum idealnya ±30 C. Padatan terlarut total (TDS)
dengan bahan terlarut diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm)
yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
Air untuk minum
umumnya berasal dari Air Permukaan (Surface Water) seperti danau, sungai
dan cadangan air lainnya di permukaan Bumi atau dari Air Tanah (Ground Water)
atau air yang di pompa (melalui pengeboran) dari dalam tanah yang umumnya bebas
dari kandungan zat berbahaya, namun tidak selalu bersih (Krisnandi, 2009).
Kualitas air yang
baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5 mg/l. Oksigen
terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan
menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat
menyebabkan kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan itu
plankton dalam kolam harus selalu dipantau (Ansori, 2008).
Pengukuran kualitas air dapat
dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan
parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas,
kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara
umum, menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan
dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah
pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran
panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga
oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di
tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh
faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia)
seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS
yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan
sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman
berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung
adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff
dalam Syukur, 2002).
Suhu air merupakan factor yang
banyak mendapatkan perhatian dalam pengkajian-pengkajian. Data suhu air dapat
dimanfaatkan bukan saja hanya untuk mempelajari gejala-gejala fisika dalam laut
tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan, bahkan dapat
juaga dimanfaatkan untuk mengkaji metodologi (Notji, 1989).
Oksigen terlarut
merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. Oksigen
terlarut akan langsung berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di
perairan tercemar. Pada perairan yang jenuh biasanya mengandung oksigen dalam
rentang 8-15 mg / l. Tergantung pada salinitas dan tempertur bagi organisme –
organisme akuatik biasanya membutuhkan dengan konsentrasi 5-8 mg/l untuk dapat
hidup secara normal
(
Naster,1991 dalam Wibowo, 2004).
Amonium ( NH3) dan garam-garamnya
bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk transisi dari
amoniak. Sumber amoniak di perairan adalah pemecahan nitrogen organik ( protein
dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam limbah dan air, yang
berasaal dari bahan organik yang terdapat di dalam limbah dan air,yang berasal
dari bahan organik ( tumbuhan ) dan biota akuatik yang telah mati olwh mikroba
dan jamur ( Effendi, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 alat dan bahan
Alat yang digunakan
-
Gelas ukur 50 ml - Penjepit tabung reaksi
-
Gelas piala 100 ml - Erlenmeyer
-
Pipet tetes - Kompor listrik / gas
-
Pipet volume 5 ml - Buret + statis
-
Pipet volume 10 ml - Corong
-
Lampu spiritus - Neraca analitik
-
Tabung reaksi + rak - Botol semprot
-
Batang Pengaduk - Termometer
-
Corong kaca
Bahan yang digunakan
-
KMnO4
-
Aquades
-
H2SO4
-
Kertas lakmus merah
-
Asam oksalat ( H2C2O4
)
3.2 Cara kerja
1. Suhu / temperature
·
Menyiapkan sampel (membuka tutup
botol sempel)
·
Menyelupkan alat pengukur suhu (thermometer
atau O2 meter) ke dalam sampel, pastikan tangan anda tidak
bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
·
Baca angka yang tertera pada alat
tersebut.
2. Zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi
·
Mengambil sampel sebanyak 100 ml
dengan gelas ukur dan tuangkan kedalam gelas piala dan panaskan.
·
Perhatikan, apakah sampel menjadi
keruh ataukah ada yang mengendap.
·
Jika sampel menjadi keruh berarti
ada zat padat terlarut, sadangkan jika terjadi endapan berarti sampel
mengandung zat tersuspensi.
3. Warna
·
Mengambil sampel kedalam tabung
reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi
·
Bandingkan warnanya dengan larutan standar
yang telah disediakan.
4. DO ( dissolve oxygen)
·
100 ml sampel dimasukkan kedalam
gelas piala yang bervolume 100 ml
·
Celupkan O2 meter kedalam
sampel
·
Takan mode
untuk mendapatkan nilai DO
·
Angka yang tertera pada O2 menunjukkan
konsentrasi oksigen yang didukung sampel
5. Amoniak
·
Masukkan 10-15 ml sampel kedalam
tabung reaksi
·
Lipatkan kertas lakmus merah di
mulut tabung reaksi
·
Panaskan di atas api lampu spiritus
·
Amati sampel, apakah tercium bau
tengik atau tidak.
·
Sampel mengandung amoniak apabila
tercium bau tengik atau lakmus merah berubah menjadi warna biru.
6. COD secara kuantitatif
·
Pipet 10 ml sampel dengan volume dan
masukkan kedalam gelas ukur 100 ml
·
Enerkan sampel tersebut dengan
aquades sampai volume 100 ml
·
Ditambah 5 ml H2SO4
4N , panaskan sampai mendidih
·
Ditambah lagi dengan 10 ml KMnO4
0,01 N dan didihkan selama 10 menit ( terbentuk warna merah muda )
·
Jika selama di didihkan warna merah
muda hilang tambah 10 ml KMnO4 0,01 N lagi, sampai warna merah muda tidak
hilang lagi.
·
Tambah 10 ml asam oksalat (H2C2O4)
0,01 N warna merah muda hilang
·
Selagi panas segera titrasi dengan
KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda muda yang stabil
(tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang terpakai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 hasil pengamatan
No
|
Parameter
|
Hasil
Pengamatan
|
|||||||
Air Danau
|
Air
Mineral
|
Air Limbah
|
Air Suling
|
||||||
1
|
Suhu
|
29o C
|
24o C
|
30 oC
|
28 oC
|
||||
2
|
Zat padat terlarut
|
Negatif
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
||||
3
|
Zat padat tersuspensi
|
Negatif
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
||||
4
|
Warna
|
Bening Keruh
|
Jernih
|
Keruh Pekat
|
Jernih
|
||||
5
|
DO
|
|
|
|
|
||||
6
|
Amoniak
|
Negatif
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
||||
7
|
COD
|
Volume KMnO4 selama pemanasan (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi I (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi II (ml)
|
Volume KMnO4 selama pemanasan (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi I (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi II (ml)
|
||
Ulangan I
|
10
|
10
|
10
|
10
|
10
|
10
|
|||
Ulangan II
|
|
|
|
|
|
|
|||
4.2 Pembahasan
Dari Hasil pengamatan diatas kita ketahui
jumlah sampel air untuk praktikum ini adalah 4 sampel yang meliputi air danau,
air mineral, air limbah, dan air Suling. Dari Parameter suhu sampel air mineral
suhunya cenderung agak sedikit lebih rendah dibandingkan suhu air danau, air
limbah, dan juga air suling yaitu 24o C sedangkan suhu air danau 29o
C, air limbah 31o C, dan juga air suling 28o C. Dari
berbagai suhu air tersebut yang dapat dikonsumsi yaitu air danau, air mineral,
dan air suling karena suhu yang di teliti tidak jauh berbeda dengan suhu normal
air terhadap lingkungan yaitu ± 3o C.
Dalam pengamatan warna keempat sampel air,
pada air danau warna airnya berwarna bening keruh. Pada air Mineral warna air
yang diperoleh yaitu jernih. Air mineral merupakan air yang sangat baik untuk
di konsumsi karena sudah terpisah dari unsur-unsur yang berbahaya bagi tubuh.
Selanjutnya pada air limbah warna yang dapat dilihat yaitu keruh pekat, hal
tersebut menunjukkan air limbah sangat tidak baik untuk dikonsumsi oleh manusia
karena ditakutkan mengandung unsur-unsur yang sangat berbahaya bagi tubuh.
Selanjutnya pengamatan pada air suling dapat dilihat warna yang dapat tercipta
yaitu jernih, namun karena air yang di teliti berasal dari air keran, air
tersebut tidak menjamin bahwa air tersebut dapat dikonsumsi karena ditakutkan
mengandung unsur-unsur yang kurang baik buat tubuh manusia
Setelah empat sampel dipanaskan hingga
mendidih, dan dilakukan penciuman bau tengik atau tidak tengik pada sampel, pada
air danau tidak tercium bau tengik sehingga tidak terdapat amoniak (NH3)
maka air danau belum tercemar. Pada air mineral juga tidak tercium bau tengik
sehingga tidak terdapat amoniak (NH3) maka air mineral tidak
tercemar. Pada air limbah tercium bau tengik sehingga positif terdapat amoniak
(NH3) hal tersebut menunjukkan bahwa air limbah positif telah
tercemar dan pada air sulung tidak tercium bau tengik sehingga tidak terdapat
amoniak dan menunjukkan bahwa air suling tidak tercemar.
Selanjutnya pengamatan zat padat terlarut
pada keempat sampel, pada air danau airnya tidak berubah menjadi keruh sehingga
tidak terdapat zat padat terlarut dan pada air danau juga tidak terbentuk
endapan sehingga air danau tidak terdapat zat padat tersuspensi. Pada air
mineral airnya tidak berubah menjadi keruh sehingga tidak terdapat zat padat
terlarut dan pada air mineral juga tidak terbentuk endapan sehingga air mineral
tidak terdapat zat padat tersuspensi. Pada air limbah airnya berubah menjadi
keruh sehingga positif terdapat zat padat terlarut dan pada air limbah juga
terbentuk endapan sehingga air limbah positif terdapat zat padat
tersuspensi. Selanjutnya pada air suling
airnya tidak berubah menjadi keruh sehingga tidak terdapat zat padat terlarut
dan pada air suling juga tidak terbentuk endapan sehingga air suling tidak
terdapat zat padat tersuspensi.
Dalam hasil pengamatan COD (Chemical Oxygen Demand) di dapat
hasil bahwa pada masing-masing percobaan menghasilkan 10 ml pada pemanasan KMnO4,
pada titrasi I dan II KMnO4. COD merupakan adanya zat organik yang
melebihi dari yang disyaratkan berarti menunjukkan adanya pencemaran/pengotoran
terhadap air tersebut. Zat organik merupakan makanan mikroorganisme, yang
menyebabkan pesatnya pertumbuhan sehingga membahayakan masyarakat yang
menggunakannya. Zat organik dapat pula mengganggu proses pengolahan,disamping
menyebabkan air menjadi berwarna,memberikan rasa dan bau yang tidak sedap.
Untuk mengetahui berapa banyak zat organik dalam air adalah sulit, sebab banyak
sekali macamnya, maka lalu ditetap-kan dengan pemakaian oksigen secara kimia,
yang dikenal dengan COD. COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat organik secara kimia dalam tiap liter air pada kondisi
tertentu.

Angka KMnO4 =
x 0,01 x 31,6



Angka KMnO4 =
x 0,01 x 31,6


Angka
KMnO4 =
x 0,01 x 31,6


Angka KMnO4 =
x 0,01 x 31,6

Angka
KMnO4 =
x 0,316

Angka KMnO4 = 

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal,
karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni.
Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya
unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor
ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat
secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus
memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing. Analisa Umum pada
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum Tetapi
ketersediaan air minum yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi, terlebih
lagi daerah-daerah resapan air yang telah dirubah menjadi pemukiman penduduk,
limbah-limbah industri yang mencemari sungai-sungai. Air yang
baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan suhu
untuk air minum idealnya ±30 C. Air Keran
termasuk air jernih sedangkan air sawah bukan air jernih. Air Keran tidak
memiliki zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi,Sedangkan Air Sawah
sedikit memiliki zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Amonium ( NH3) terdapat pada air
sawah sedangkan pada air keran tidak ada. Oksigen terlarut (DO/Disolve Oxygen) merupakan salah satu
parameter penting dalam penentuan kualitas air. Oksigen terlarut akan langsung
berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di perairan tercemar. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah
banyak-nya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik secara kimia
dalam tiap liter air pada kondisi tertentu.
5.2 saran
Sebaiknya dalam melakukan
percobaan tentang analisa kualitas air harus
di perhatikan sungguh-sungguh saat ko ass menjelaskan tentang cara
melakukan percobaan tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan pada hasil
percobaan yang telah dilakukan. Selain itu juga diharapkan agar praktikan dapat
mengerti tentang tujuan dari percobaan yang dilakukan agar pada saat membuat
laporan tidak bingung mengenai materi yang harus di sampaikan pada laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, A.K. 2008. Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir di
PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri.
Karya Ilmiah. Program Studi Diploma III Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Diploma III Kimia Analis
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Barus,
T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Medan. Jurusan Biologi FMIPA USU
Effendi,
H.2003.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta.
Krisnandi, Y.K. 2009. Kimia Dalam Air. Bahan
ajar. Jakarta. KBI Kimia Anorganik
Universitas indonesia.
Widjanarko.,
2005. Kendari. Tingkat Kesuburan Perairan.
Nontji,
Anugerah.1987. Laut Nusantara.
Jakarta. PT Grafindo.
Syukur,
A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai.
Sihotang,
C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Pekanbaru. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan UR.
Wibowo,
Harri.2001.Tingkat Eutrofikasi Rawa
Pening dalam Rangka Kajian Produktivitas Primer Fitoplankton. Semarang.
Universitas Diponegoro.
Komentar
Posting Komentar